Sindopos.com - Profil Desa Ketro Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan.
Profil Desa & Kelurahan, Desa Ketro Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan |
Kondisi Desa Ketro Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan
Pentingnya memahami kondisi Desa untuk mengetahui keterkaitan perencanaan dengan muatan pendukung dan permasalahan yang ada, memberikan arti penting keputusan pembangunan sebagai langkah mendayagunakan dan penyelesaian masalah di masyarakat.
Pentingnya memahami kondisi Desa untuk mengetahui keterkaitan perencanaan dengan muatan pendukung dan permasalahan yang ada, memberikan arti penting keputusan pembangunan sebagai langkah mendayagunakan dan penyelesaian masalah di masyarakat.
Desa Ketro merupakan salah satu dari 19 desa di wilayah Kecamatan Kebonagung, yang terletak 15 Km ke arah timur dari kota Kecamatan, Desa Ketro mempunyai luas wilayah seluas 1.283 hektar. Adapun batas-batas wilayah Desa Ketro:
BATAS DESA
Sebelah Utara : Desa Kalikuning Kecamatan Tulakan
Sebelah Selatan : Desa Sanggrahan Kecamatan Kebonagung
Sebelah Timur : Desa Jatigunung Kecamatan Tulakan
Sebelah Barat : Desa Ketepung Kecamatan Kebonagung
Iklim Desa Ketro, sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Ketro Kecamatan Kebonagung.
Sejarah Desa Ketro Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan
Dalam pembangunan, sejarah merupakan pijakan serta bahan studi komparasi untuk membangun masa depan, sehingga sejarah dipandang penting untuk diketahui dalam rangka perencanaan pembangunan berkelanjutan. Untuk itu tim penyusun RPJMDes Desa Ketro berupaya semaksimal mungkin menggali informasi terkait dengan sejarah Desa. Kemudian secara deskriptif dipaparkan dalam rangka penyusunanya.
Ketro, dinyatakan sebagai sebuah desa, menurut beberapa nara sumber yang ada sudah ada sejak jaman sebelum kemerdekaan. Namun dikarenakan keterbatasan nara sumber, khususnya tentang asal mula nama Desa Ketro sampai saat ini belum dapat diketemukan. Sedikit yang dapat diketahui adalah sejarah kepemimpinan yang ada di Desa Ketro dengan berbagai kejadiannya.
Pada masa penjajahan Belanda Desa Ketro dipimpin oleh seorang Demang yaitu Bapak Setro Wijoyo. Pada masa kepemimpinannya tidak jelas bagaimana kehidupan masyarakat dan keadaan desa saat itu. Kepemimpinan selanjutnya dipimpin oleh Bapak Parto Wikromo, tepatnya pada masa Penjajahan Jepang. Pada masa ini banyak warga masyarakat Desa Ketro yang dipekerjakan sebagai ”romusa” di daerah pantai selatan (Samudra Hindia). Sehingga gambaran secara umum bagaimana kehidupan masyarakatnya saat itu adalah kesengsaraan rakyat karena penjajahan Jepang.
Setelah Indonesia Merdeka, seorang Demang bernama Bapak Parto Dikromo memegang tampuk kepemimpinan Desa, namun karena pada saat itu kondisi bangsa masih sangat labil, sehingga kehidupan masyarakatnyapun masih jauh dari harapan. Pada tahun 1949 - 1950 Desa Ketro dipimpin oleh Bapak Yatni. Pada masa kepemimpinannya di wilayah Desa Ketro banyak terjadi kerusuhan dan pencurian, hal ini dikarenakan kekurangan bahan makanan. Makanan penduduk pada saat itu berasal dari ares pisang sehingga kondisi kesehatan masyarakatpun memprihatinkan.
Bapak Mangku Wijoyo meneruskan kepemimpinan Desa Ketro setelah Bapak Yatni, tepatnya sejak tahun 1951 sampai 1974. Pada saat itu dikenal Era Orde Lama. Pada awal kepemimpinannya kondisi kehidupan masyarakat masih relatif sama dengan kepemimpinan sebelumnya. Pembangunan pada saat itupun juga belum dapat berjalan sebagaimana mestinya. Terlebih pada tahun 1965 yang seharusnya pembangunan sudah mulai dilaksanakan, namun karena saat itu terjadi pemberontakan G 30 S/PKI, menyebabkan proses pembangunan menjadi semakin terhambat. Baru setelah pemberotakan G 30 S/PKI dapat ditumpas, Indonesia pada umunya telah memasuki babak baru yang lebih dikenal dengan Orde Baru.
Pada masa Orde Baru, kepemimpinan Desa dipegang oleh Bapak Soeparno (1975 – 2006). Sejak saat itu pemerintahan sudah berangsur stabil, didukung dengan adanya Repelita sehingga pembangunan sedikit demi sedikit sudah mulai dapat dijalankan. Berbagai program pembangunan - fisik dan non fisik - baik yang dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Propinsi, maupun Kabupaten dapat dilaksanakan dengan baik. Diantaranya pembangunan prasarana dan sarana jalan, kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya. Kondisi Pemerintahan relatif stabil sehingga dapat mendorong program pembangunan secara keseluruhan. Pada masa kepemimpinannya telah melalui 2 (dua) orde yang berbeda, yaitu Orde Baru dan awal Era Reformasi. Karena kepemimpinan beliau yang relatif lama, sehingga segala kelebihan dan kekurangan saat kepemimpinannya dapat dimaklumi Disamping pretasi dan prestise yang diraih sudah barang tentu di sana-sini terdapat kekurangan.
Pada era Reformasi (Tahun 2007 sampai sekarang) Desa Ketro dipimpin oleh Bapak Winardi. Seluruh aspek kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan saat Orde Baru. Tuntutan transparansi disemua sektor menjadikan pelaksanaan pembangunan berjalan relatif sangat stabil dan sesuai dengan harapan yang ada.
Menciptakan pemerintahan yang baik, bersih dan transparan, menjadi isu strategis sekaligus menjadi kebijakan awal untuk mendukung pelaksanaan berbagai program baik fisik maupun non fisik selanjutnya.
Secara umum, Demang/Kepala Desa di Desa Ketro sejak jaman sebelum kemerdekaan, sesudah kemerdekaan sampai sekarang di era reformasi, masing-masing memiliki karakter kepemimpinan yang berbeda satu dengan lainnya serta memimpin pada situasi dan kondisi yang berbeda, sehingga segala kelebihan dan kekurangan saat kepemimpinannya, disamping pretasi dan prestise yang diraih, sudah barang tentu di sana-sini masih terdapat kekurangan.
Sejarah Pembangunan Desa Ketro Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan
Perjalanan pembangunan Desa tidak terlepas dari siapa pemimpinnya dan bagaimana situasi pada saat kepemimpinannya. Dapat dikatakan sejak sebelum kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan pembangunan masih mengalami stagnasi, atau apabila terdapat perubahan masih relatif berjalan secara alamiah. Berbeda dengan pola pembangunan yang diterapkan di Era Orde Baru yang sudah mengenal perencanaan pembangunan. Terbukti dalam Garis-garis Besar Haluan Negara disebutkan adanya Repelita. Sehingga pelaksanaan pembangunan lebih terencana dan berkelanjutan. Demikian pula kondisi tersebut berimplikasi sampai ke Desa-desa seperti Desa Ketro. Pembangunan dilaksanakan lebih terencana dan berkelanjutan. Antara lain program pembangunan yang dapat dijalankan dan masih bias dirasakan manfaatnya sampai sekarang adalah pembangunan sarana prasarana jalan baik dengan perkerasan maupun pengaspalan, pembangunan prasarana dan sarana pendidikan dengan dibangunnya Gedung Sekolah, pembangunan prasarana dan sarana kesehatan dengan didirikannya Puskesmas, pembangunan prasarana dan sarana ekonomi (pasar desa) dan lain sebagainya.
Pada akhir Era Orde Baru menjelang Era Reformasi, pelaksanaan pembangunan di segala bidang pada awalnya sedikit mengalami stagnasi. Hal ini disebabkan kondisi politik, ekonomi , social yang kemudian berkembang menjadi krisis multi dimensi. Namun mulai akhir 2006 keadaan relative menjadi stabil dan roda pembangunan kembali berjalan pada relnya. Sejak tahun 2007, Era Reformasi memberikan nuansa berbeda dalam proses pelaksanaan pembangunan. Transparansi, good governance menjadi topik utama sehingga pelaksanaan pembangunan mendapat porsi dan kontrol yang lebih serta berimplikasi lebih mengenai sasaran. Di Desa Ketro program pembangunan khususnya fisik dapat dilihat dengan adanya program pembedahan jalan jalur alternatif Jurusan Pacitan - Lorok dari dusun Jeruk sampai dusun Krajan untuk menghindari kerawanan macet saat Pasar Desa beraktifitas. Kemudian Pembangunan Gedung Balai Desa serta beberapa program fisik maupun non fisik lainnya yang tidak dapat disebutkan semuanya yang pembiayaanya melalui berbagai program baik skala nasional, regional maupun local Seperti Program ADD, JAPES, PNPM-MP, JANMAS dan lain sebagainya.
Demografi Desa Ketro Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan
Desa Ketro hanya terdiri dari 7 dusun saja dengan jumlah penduduk 4232 Jiwa atau 1238 KK, dengan perincian sebagaimana tabel berikut :
Jumlah Penduduk
No.
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
1.
|
Laki – Laki
|
2129 Orang
|
2.
|
Perempuan
|
2103 Orang
|
3.
|
Kepala Keluarga
|
1338 KK
|
Jumlah Penduduk Menurut Umur
No.
|
Umur (Tahun)
|
Jumlah (Jiwa)
|
1.
|
0 - 12
|
57
|
2.
|
1 - 5
|
214
|
3.
|
0 - 7
|
529
|
4.
|
7 - 18
|
720
|
5.
|
18 - 56
|
1921
|
6.
|
> 56
|
791
|
Jumlah
|
4232
|
Keadaan Sosial Desa Ketro Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Ketro adalah sebagai berikut :
Tingkat Pendidikan Masyarakat
No.
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah ( orang )
|
1.
|
Tidak Sekolah / Buta Huruf
|
90
|
3.
|
Tidak Tamat SD/Sederajat
|
47
|
4.
|
Tamat SD / sederajat
|
1072
|
5.
|
Tamat SLTP / sederajat
|
1127
|
6.
|
Tamat SLTA / sederajat
|
817
|
7.
|
Tamat D1, D2, D3
|
78
|
8.
|
Sarjana / S-1
|
16
|
Kesenian yang masih ada di masyarakat Desa Ketro adalah sebagai berikut :
Kesenian Masyarakat
No.
|
Jenis Kesenian
|
Jumlah Kelompok
|
Status
|
1.
|
Ketoprak
|
-
|
-
|
2.
|
Wayang
|
-
|
-
|
3
|
Musik
|
3
|
Aktif
|
Karena Desa Ketro merupakan desa pertanian, maka sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, selengkapnya sebagai berikut :
Mata Pencaharian Penduduk
Petani
|
Pedagang
|
PNS
|
Tukang /Jasa
|
Lain- Lain
|
1801
|
267
|
72
|
105
|
-
|
Jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk Desa Ketro adalah sebagai berikut :
Kepemilikan Ternak
Ayam/itik
|
Kambing
|
Sapi
|
Kerbau
|
Lain-lain
|
2214
|
876
|
475
|
0
|
0
|